Translate

Rabu, 09 Oktober 2013

Semburan Lumpur, Desa Butuh, Purworejo



Fenomena semburan lumpur disertai air asin dan gas terjadi di Desa Butuh, Purworejo. Warga desa panik karena khawatir lumpur akan meluas seperti yang ada di Sidoarjo. Nah, apakah memang dua fenomena semburan lumpur tersebut sama?


Geolog dari BP Migas, Awang Harun Satyana, mengungkapkan bahwa mekanisme lumpur atau gas keluar dari dalam tanah dari dua semburan lumpur itu memang sama. Namun, sebab dasar dan dampak kedua semburan tersebut berbeda.

Awang menuturkan, semburan lumpur di Purworejo terjadi ketika pengeboran dilakukan hingga kedalaman masih dangkal, 15 meter. Pengeboran menembus kantung gas. Gas itu sendiri berasal dari hasil samping bakteri yang mengolah sedimen yang terpendam di tanah.

Sementara, di Sidoarjo, sebab semburan lumpur jauh lebih kompleks. Semburan sendiri terjadi ketika pengeboran dilakukan hingga kedalaman ribuan meter. Selain itu, sebabnya juga tak sekadar kantung gas yang ditembus lewat pengeboran.

Awang mengatakan, wilayah Sidoarjo sekitar 5-10 juta tahun lalu merupakan wilayah yang sangat dalam. Di sana, berlangsung pula proses pengendapan. Hanya, pengendapan berlangsung dalam waktu yang cepat.

"Pengendapan yang cepat ini membuat hasil endapannya belum menjadi batuan yang sempurna. Tetap dalam bentuk batuan, namun tidak tegar, masih dengan mudah bergerak," kata Awang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/9/2013).

Wilayah endapan di Sidoarjo sendiri mencakup daerah yang sangat luas, mencapai Selat Madura dan Purwodadi. Lapisan sedimen dengan batuan tak tegar itu dilapisi oleh batuan yang lebih keras di bagian atasnya, membuat tekanan di lapisan itu tinggi.

Saat pengeboran dilakukan dan menembus wilayah endapan itu, terjadi kontak antara lapisan itu dengan yang di permukaan. Karena tekanan di lapisan sedimen tinggi, ada dorongan untuk melepaskan, yang akhirnya mendorong terjadinya semburan lumpur.

"Yang menyembur adalah lumpur karena adanya perbedaan tekanan dan temperatur. Di lapisan sedimen, tekanan dan temperatur tinggi. Perbedaan tekanan kemudian mengubah fase batuan, keluar menjadi lumpur," jelas Awang.

Dibanding dengan semburan lumpur Sidoarjo, semburan lumpur Purworejo tak ada apa-apanya dan bisa dikatakan sering terjadi. Semburan lumpur Purworejo takkan berlangsung lama seperti semburan lumpur Sidoarjo.








Menurut Awang, semburan lumpur dan gas akan berhenti bila terjadi kesamaan tekanan antara di dalam tanah dan di permukaan. Lumpur Sidoarjo tak berhenti menyembur sejak 2006, sementara semburan di Purworejo akan berhenti dalam beberapa hari.
[Kompas.com]

TPA Swimming in the Alam Tirta

Biasanya kalo anak sekolah terus pulang lebih awal pasti rasanya seneng banget tuchh. Nahh, ini kegiatan ane waktu pulang sekolah lebih awal, atau yang biasa disebut "Bali Gasik". Rame-rame dateng ke kolam renang "Alam Thirta" di daerah kompleks bataliyon 412. Posisinya gak jauh dari sekolahan. Para "Nebengers" siap untuk menebeng. Ane sebagai salah satu pelopor nebengers, gak ketinggalan.





Aktifitas Di Bengkel Pemesinan 3

Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.












Selasa, 08 Oktober 2013

Aktifitas Di Bengkel Pemesinan 2

Proses pengerjaan Frais.
Mesin frais adalah mesin tools yang digunakan secara akurat untuk menghasilkan satu atau lebih pengerjaan permukaan benda dengan menggunakan satu atau lebih alat potong. Benda kerja dipegang dengan aman pada meja benda kerja dari mesin atau dalam sebuah alat pemegang khusus yang dijepit atau dipasang pada meja mesin. Selanjutnya benda kerja dikontakkan dengan pemotong yang bergerak maju mundur. Mesin frais merupakan mesin potong yang dapat digunakan untuk berbagai macam operasi seperti pengoperasian benda datar dan permukaan yang memiliki bentuk yang tidak beraturan, roda gigi dan kepala baut, boring, reaming. Kemampuan untuk melakukan berbagai macam pekerjaan membuat mesin frais merupakan salah satu mesin yang sangat penting dalam bengkel kerja. (Stefford, 1986)










Proses pengerjaan benda kerja "Roda Gigi" dengan mesin frais. Menggunakan alat bantu berupa kepala pembagi atau Deviding Head.


Hasil pekerjaan Roda Gigi Lurus


Pengerjaan Roda Gigi Dengan Mesin Frais

Aktifitas Di Bengkel Pemesinan 1

Teknik Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat tangan, dan dilakukandi bangku kerja. Praktik kerja bangku melatih mahasiswa agar mampumenggunakan alat kerja yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yangditentukan. Hal ini dapat tercapai jika siswa melakukan pekerjaandengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan praktek kerja bangku.

Pekerjaan kerja bangku meliputi menggambar, mengikir,mengebor,mengetap. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mahasiswa dituntutselalu mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya guna membentuk keterampilan yang berkualitas, professional, dan berwawasan luas.

Kerja bangku atau proses pengerjaan manual. Biasanya dilakukan untuk pengerjaan ringan dan sedikit, atau juga pengerjaan yang tidak dapat dikerjakan oleh mesin.

Mengikir sudut yang tajam


Membuat alur pasak pada benda kerja Roda Gigi Lurus


Membuat alur pasak pada benda kerja Roda Gigi Lurus


Membuat alur pasak pada benda kerja Roda Gigi Lurus


Tool-man bengkel Pemesinan, Mr. Adi, sedang memotong benda kerja menggunakan Mesin Geraji Otomatis



Patung WR. Soepratman

Di postingan sebelumnya sudah dibahas tentang Jembatan Liwung Bogowonto. Nach, kali ini saya akan membahas sebuah lokasi, yang tidak jauh dari Jembatan Liwung, Patung WR. Soepratman.

Patung WR. Soepratman berada ditengah perempatan Pantok, Baledono. Patung ini sebagai monumen untuk mengenang pahlawan nasional asal Purworejo, WR. Soepratman, sang pencipta lagu Indonesia Raya. Di samping itu juga berfungsi sebagai pengatur lalu lintas, sebab posisi patung ini berada di tengah permpatan jalan, dan untuk melaluinya harus berputar searah jarum jam. Jadi dengan patung ini jalan perempatan menjadi tidak kacau.




Wage Rudolf Supratman atau lebih dikenal dengan nama WR. Soepratman lahir di kabupaten Purworejo, tepatnya di desa Somongari, Kecamatan Kaligesing. Beliau lahir pada tanggal 19 Maret 1903, hari Kamis Wage.

Desa Somangari terletak 12 Km sebelah tenggara kota Purworejo. Lokasinya berada di pinggang gunung, sehingga jalan raya menuju desa itu berkelak-kelok dan turun naik di antara jurang-jurang nan dalam. Sebelum tahun 1970 masuk desa tersebut harus dengan jalan kaki, karena kendaraan umum hanya sampai Desa Kemanukan, 5 Km sebelah barat Somangari. Dan siapa menduga, desa yang sepi “adoh ratu cedhak watu” tersebut 108 tahun lalu telah mengukir sejarah indah. Almarhum WR Soepratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya di tahun 1924, lahir di desa tersebut pada hari Kemis Wage, 19 Maret 1903.

Desa Somangari kini sudah lumayan rame, menikmati listrik sejak tahun 1985-an. Penduduknya yang berjumlah sekitar 3.000 jiwa (800 KK) itu bekerja sebagai petani, mengurus kebon manggis, duren, dan langsep. Saban musim panen tiba, buah-buahan Somangari dipasarkan ke Pasar Baledana, Purworejo, juga termasuk sejumlah kota semisal Semarang, Purwokerto, Surabaya dan Jakarta. Angkutan umum kini sampai di depan kantor Lurah.
Dukuh Trembelang tempat petilasan WR Supratman kini juga sudah bisa dilewati mobil, jalannya telah beraspal. Namun untuk menuju ke monumen rumah kelahirannya, mobil hanya bisa parkir depan gapura. Selanjutnya harus ditempuh dengan jalan kaki, lantaran jalanan menanjak dan berkelok-kelok sepanjang 500 meter. Namun demikian kondisi ini sudah jauh lebih baik, karena di masa kecil WR Soepratman, Mbok Senen ibunya manakala hendak ke Purworejo harus jalan kaki sejauh 12 km.
Rumah tempat kelahiran WR Soepratman di dukuh Trembelang, saat dalam pemugaran di tahun 2007.

Tempat petilasan alm WR Soepratman saat dilahirkan tahun 1903, hingga kini masih bisa dijumpai. Pada era Bupati Purworejo H. Kelik Sumrahadi, S.Sos, rumah tersebut dipugar, dijadikan monument dengan biaya Rp 400 juta. Subagio (44), Kades/Lurah Somangari menjelaskan, khusus rumah petilasan alm WR Soepratman menelan biaya Rp 71 juta, tembok tebing gunung (talud) Rp 60 juta, gapura lan jalan bertrap-trap menuju monument Rp 46 juta, jalan aspal Rp 212 juta. Total jendral menghabiskan dana sekitar Rp 400 juta.

Meski rumah lama dibongkar, tetapi penggantinya dibuat sama, baik bentuk maupun ukurannya. Genting tetap model plentong, sedangkan dinding anyaman bambu (dabag) diganti dengan gebyok berkeliling. Bahkan dua buah tiang lama juga dipasang lagi pada bangunan monumen tersebut. Posisi rumah juga tetap menghadap ke selatan.

Monument kelahiran WR Soepratman sejatinya telah dirancang sejak taun 1985-an. Tapi lantaran tempat kelahiran itu masih menjadi polemik, di Jatinegara (Jakarta) ataukah Somangari (Purworejo), rancangan ditunda dulu. Setelah Pengadilan Negeri Purworejo menetapkan lewat keputusan No. 04/Pdt.P/ 2087/PN PWR, tanggal 29 Maret 2007 bahwa WR Soepratman lahir di Desa Somangari, baru monument mulai dibangun oleh Pemda Purworejo sejak September 2007.
Darto Untung di depan kuburan ari-ari almarhum WR Soepratman.


Replika rumah WR. Soepratman



Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, beliau selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong Malang - Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

Demikianlah, kisah singkat yang saya dapatkan. Sebenarnya kisah tentang WR. Soepratman sangatlah banyak dan panjang. Kisahnya penuh dengan perjuangan. Beliau adalah pahlawan dari kota kita tercinta, Purworejo. Tanpa beliau tak ada Indonesia Raya. Beliau, sebagai tauladan nasionalis. Yang pantas menjadi panutan.

Rabu, 02 Oktober 2013

Jembatan LIWUNG BOGOWONTO

Jembatan ini di jadikan Penghubung antara Kota Purworejo dengan Desaku yaitu Cangkrep Lor.....,dan menjadi jalan tembus ke Yogyakarta.


Diberi nama Jembatan Bogowanto karena di bawahnya mengalir Sungai Bogowonto. Pada zaman kerajaan Mataram Kuno sepanjang sungai ini merupakan tempat para begawan bermeditasi / bertapa.
Sungai ini disebut juga dengan nama sungai Watukura karena sungai ini terletak dalam wilayah kekuasaan Rakai Watukura Dyah Balitung (raja Medang saat kerajaan ini masih berpusat di Bhumi Mataram). Rakai Watukura Dyah Balitung dalam sejarah diriwayatkan berasal dari daerah Watukura yang saat ini terletak di Kecamatan Purwodadi.
Dan Sungai ini merupakan bagian tak terpisahkan dari babad/riwayat Tanah Bagelen.
Menurut kitab sejarah dinasti Tang Kuno (618-906), di pulau jawa terkenal sebuah kerajaan bernama “Ho-Ling” yang terletak di sebuah pulau di laut selatan. Kotanya dikelilingi pagar kayu, rajanya berdiam di istana tingkat, beratap daun-daun palma. Raja duduk diatas singgasana dari gading. Penduduknya pandai menulis dan mengenal ilmu falak. Kalau makan duduk dan menggunankan tangan tanpa alat apapun, minuman kerasnya tuak. Di pegunungan ada daerah bernama “ Lang- pi –ya” tempat raja selalu pergi untuk melihat laut. Diungkapkan pula bahwa tahun 640 M kerajaan jawa mengirimkan utusan ke Tiongkok, demikian juga pada tahun 6576 M. Dalam menafsir berita yang ditulis dari dinasti Tang tentang kerajaan “Ho-Ling” disebutkan raja hidup dalam kota Cho- p’o yang dikelilingi 28 kerajaan-kerajaan kecil yang semuanya mengakui kewibawaannya. Menurut kronik tersebut raja dibantu 32 orang pegawai tinggi. Wilayah kerajaan Sanjaya tersebut berbentuk segitiga tempat yang sekarang dikenal dengan nama “Ledok” merupakan pojok paling utara dari Bagelen. Bassisnya pantai selatan, puncaknya gunung Prahu (dieng) dan sungai utamanya Bagawanta.
Menurut Van der Meulen, kerajaan yang dinamakan dengan Holing dalam kronik Tiongkok tersebut sebenarnya adalah Halin singkatan dari “Bhagahalin” (Bagelen) yang berarti kerajaan yang berlokasi di lembah sungai Bagawanta.
Gagasan Van der Meulen SJ tentang Bagelen yang disamakan dengan Holing dalam kronik Tiongkok secara historical geografis dipandang cukup logis oleh N. Daljoeni.



Beberapa waktu lalu, sekitar bulan Juni. Jembatan ini juga mengalami bencana tanah longsor. Tetapi tidak pada jembatannya, melainkan pada ujung jembatan sebelah barat, tepi jalan. Menurut warga sekitar, longsor terjadi karena faktor tanah dan tempat resapan air yang kurang. Setelah hujan deras biasanya jalanan akan dipenuhi oleh air dan kerikil. Sehingga bagian utara jalan yang telah rapuh akan mudah terkena longsor. Hal ini mengakibatakan hampir separuh jalan menjadi rusak dan sulit untuk dilalui. Untuk menangani kemacetan para warga sekitar saling membantu mengatur lalulintas Sistem buka tutup jalan pun diterapkan.

Saat ini jalan raya yang rusak karena longsor itu telah diperbaiki. Berkat bantuan dari pemerintah, dan juga semangat gotong royong warga sekitar, kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat.


Bupati Purworejo yang berkunjung ke tempat kejadian

Beruntung, hal ini tidak terjadi pada jembatannya secara langsung. Jika ini terjadi, bisa-bisa kehidupan masyarakat desa sebelah timur jembatan bisa kacau. Pasalnya, jembatan ini merupakan penghubung utama antara desa-desa "wetan kali" dengan pusat kota Purworejo.

Nahh, demikian informasi singkat tentang Jembatan Liwung Bogowonto.